Rabu, 01 Agustus 2012

Memilih Lampu Hemat Energi


Krisis energi yang mendunia telah mendorong lahirnya teknologi baru di dunia pencahayaan beberapa dekade yang lalu, yaitu lampu hemat energi (LHE) sebagai bagian dari solusi. Namun jenis yang ada masih sangat terbatas untuk penerangan general, sehingga beberapa kalangan masih lebih memilih lampu pijar untuk kesempurnaan estetika.
Berdasarkan fakta yang diungkapkan BBC, perkembangan industrialisasi saat ini telah menyedot 70% persediaan minyak bumi yang ada di bumi ini. Dari jumlah pemakaian yang luar biasa ini, diperkirakan minyak bumi akan habis pada tahun 2030, gas alam pada tahun 2040 dan batubara pada tahun 2200. Membayangkan apa yang akan terjadi sudah sepatutnya kita ambil bagian dalam penghematan energi. Mari memulainya dari yang paling mudah, yaitu mengganti lampu pijar dengan LHE.
Kehadiran LHE untuk menggantikan lampu pijar yang sangat boros energi patut disyukuri. Selain mengatasi krisis energi, lampu ini dapat menghemat tagihan listrik setiap bulannya. Tetapi ternyata masih ada kekurangan pada LHE yang akhirnya menyebabkan orang lebih memilih menggunakan lampu pijar.

Kekurangan LHE :
Desain standar, tidak estetis dan cenderung berukuran besar
Jenisnya masih terbatas pada lampu fluorescent (neon).
Fungsi terbatas untuk penerangan general.
- Belum dapat menggantikan peran lampu pijar sebagai task lighting (penerangan setempat) dan decorative lighting.
Belum ada jenis yang spesifik untuk indoor maupun outdoor.

Kesimpulan Lampu Hemat Energi
Tetapi sekarang ini sudah ada LHE yang mempunyai paduan inovasi dan karya seni, karena diciptakan tidak hanya untuk menggantikan sistem penerangan konvensional yang boros energi, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan estetika, baik dari segi desain maupun fungsi. Salah satunya adalah lampu MEGAMAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar